Pendidikan telah mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan perkembangan teknologi dan dinamika masyarakat modern. Salah satu konsep terbaru yang mendapat sorotan adalah Omni Learning, sebuah pendekatan pembelajaran holistik yang menggabungkan berbagai metode dan platform untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif, berkesan, dan menyenangkan.
Istilah “Omni Learning” mungkin terdengar asing. Namun, penerapannya justru sangat mudah diaplikasikan. Dalam artikel ini, akan dijelaskan konsep Omni Learning, metode Conscious Competence Learning Model (CCLM), serta pentingnya integrasi keduanya dalam konteks pendidikan di Indonesia.
Mengenal Lebih Dekat Omni Learning
Omni Learning adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran online dan offline secara padu. Ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel, berpusat pada siswa, dan terhubung dengan berbagai pemangku kepentingan dalam pendidikan.
Belum banyak institusi yang mengaplikasi pendekatan Omni Learning. Aplikasi Skolla menjadi platform pendidikan yang menggunakan pendekatan Omni Learning pada masa kini. Dengan menggunakan aplikasi Skolla, siswa, guru, manajemen sekolah, dan orang tua dapat terlibat dalam pengalaman belajar yang terintegrasi.
Proses Omni Learning di Skolla meliputi serangkaian tahapan, mulai dari tes diagnostik untuk mengukur kemampuan dasar siswa, hingga penyediaan materi pembelajaran online dan offline, serta evaluasi progres belajar. Dengan pendekatan ini, setiap individu dapat mengakses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya belajar mereka, sambil tetap terhubung dengan komunitas pembelajaran yang luas.
Metode Conscious Competence Learning Model (CCLM)
Salah satu komponen kunci dari Omni Learning adalah penggunaan Conscious Competence Learning Model (CCLM). Model ini adalah awalnya bermula dari metode “Four Stages of Learning” yang diperkenalkan Martin Broadwell pada tahun 1969.
Namun, pengembangan selanjutnya diperkenalkan oleh Noel Burch pada tahun 1970-an. Dengan menggunakan prinsip dasar yang sama, model ini menggambarkan empat tahap perkembangan keterampilan atau pengetahuan individu, yaitu:
1. Unconscious Incompetence
Individu tidak menyadari bahwa mereka tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan tertentu. Contohnya adalah seseorang yang tidak pernah memasak sebelumnya dan tidak menyadari bahwa mereka tidak tahu bagaimana cara memasak dengan baik. Mereka mungkin berpikir bahwa memasak adalah sesuatu yang mudah dan sederhana. Namun ketika mereka mencoba memasak untuk pertama kalinya, mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan yang diperlukan untuk melakukannya dengan baik.
2. Conscious Incompetence
Individu menyadari kekurangan mereka dan merasa tidak mampu. Contohnya seseorang yang menyadari bahwa mereka tidak pandai bermain gitar. Mereka mungkin telah mencoba memainkan gitar dan menyadari bahwa mereka kesulitan mengikuti chord-chord dasar atau memainkan lagu dengan baik. Meskipun mereka menyadari bahwa mereka tidak pandai bermain gitar, mereka juga menyadari bahwa dengan latihan dan belajar yang tepat, mereka bisa menjadi lebih baik.
3. Conscious Competence
Individu dapat menggunakan keterampilan atau pengetahuan dengan sengaja dan penuh kesadaran. Contohnya seseorang yang telah belajar bermain piano dengan tekun. Ketika mereka duduk di depan piano, mereka dapat dengan sengaja dan penuh kesadaran memainkan lagu-lagu favorit mereka. Mereka mungkin perlu fokus dan memperhatikan setiap gerakan jari mereka dan not-not yang mereka mainkan. Namun mereka dapat melakukan itu dengan baik karena mereka telah memperoleh keterampilan yang diperlukan melalui latihan yang berulang-ulang.
4. Unconscious Competence
Individu telah menjadi ahli dalam keterampilan atau pengetahuan tersebut dan dapat menggunakannya tanpa memikirkannya. Contohnya seseorang ahli berbicara bahasa ibunya. Seorang penutur asli bahasa Inggris, dapat menggunakan bahasanya dengan lancar dan alami tanpa perlu memikirkan struktur tata bahasa atau kosa kata yang digunakan. Mereka telah menginternalisasi bahasa tersebut sedemikian rupa sehingga dapat menggunakannya dengan mudah dan tanpa kesadaran yang signifikan tentang proses yang terlibat dalam berbicara.
Baca Juga: Cara Belajar Hal Baru Dengan Metode “Four Stages of Learning”
Dalam hal pendidikan, CCLM membantu guru dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar individu siswa dan merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan tahapan kompetensi mereka. Dengan demikian, model ini mempromosikan pembelajaran yang personal dan terarah, serta memberikan motivasi kepada siswa untuk terus berkembang. Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk sadar akan kebutuhan pembelajaran mereka, begitu juga guru dan orang tua yang sadar akan kebutuhan belajar anak-anak mereka.
Manfaat Penggunaan Metode CCLM dalam Pendidikan di Indonesia
Dengan adanya integrasi Omni Learning dengan metode CCLM, proses pembelajaran tidak hanya berdampak pada siswa dan guru, tetapi juga secara holistik kepada pendidikan Indonesia. Berikut manfaat penggunaan metode CCLM dalam pendidikan di Indonesia.
1. Pembelajaran yang Personal dan Terarah
Dalam konteks pendidikan Indonesia, konsep pembelajaran yang personal dan terarah merupakan hal yang sangat relevan dan penting untuk diterapkan. Omni learning, atau pembelajaran menyeluruh yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan, minat, dan kecepatan belajar masing-masing siswa. Ini menjadi kunci dalam menghadapi berbagai tantangan dan perbedaan yang ada dalam sistem pendidikan kita.
Dengan menerapkan pendekatan personal dalam pembelajaran, guru dapat lebih mudah mengakomodasi perbedaan individu antarsiswa. Di Indonesia, di mana tingkat keberagaman sosial, budaya, dan ekonomi sangat tinggi, pendekatan yang memperhatikan kebutuhan individu sangatlah penting. Dengan memahami tahapan perkembangan belajar setiap siswa, guru dapat memberikan dukungan yang lebih tepat dan efektif, sehingga memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.
2. Motivasi dan Tanggung Jawab Belajar yang Tinggi
Dalam konteks ini, ketika siswa menyadari kemajuan yang telah mereka capai dan langkah selanjutnya yang perlu diambil, hal itu akan meningkatkan motivasi dan rasa tanggung jawab mereka terhadap pembelajaran. Mereka akan merasa memiliki kendali atas proses belajar mereka sendiri dan lebih memotivasi untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
Dengan adanya kesadaran ini, siswa akan menjadi lebih proaktif dalam mencari sumber daya tambahan, bertanya kepada guru, atau bahkan mengatur waktu belajar mereka sendiri di luar jam pelajaran. Mereka juga mungkin lebih terbuka terhadap umpan balik dan kritik yang konstruktif, karena mereka memahami bahwa itu akan membantu mereka untuk terus berkembang.
Dalam konteks pendidikan Indonesia, di mana tingkat kemandirian dan keterlibatan siswa seringkali menjadi fokus utama dalam reformasi pendidikan, pendekatan Omni Learning dapat menjadi alat yang efektif untuk mencapai tujuan ini.
3. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kolaborasi
Omni Learning mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dengan memfasilitasi pembelajaran yang menantang dan merangsang pemikiran, guru dapat membantu siswa untuk melihat lebih dalam, menganalisis informasi, dan mengevaluasi berbagai sudut pandang.
Ini membantu siswa menjadi lebih terlatih dalam memecahkan masalah, membuat keputusan yang terinformasi, dan berpikir secara kritis terhadap situasi yang mereka hadapi.
Omni Learning juga mendorong pengembangan kreativitas siswa. Dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi ide-ide baru, menemukan solusi yang inovatif, dan mengekspresikan diri mereka sendiri melalui berbagai media, model pembelajaran ini memungkinkan untuk merangsang kreativitas siswa.
Di Indonesia, di mana kemampuan inovasi sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan seperti pembangunan ekonomi, keterampilan kreatifitas ini akan membantu siswa untuk menjadi agen perubahan yang lebih produktif dan berdaya saing.
4. Umpan Balik yang Efektif
Ketika guru memahami tahapan perkembangan belajar setiap siswa secara individu, mereka dapat memberikan umpan balik yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman siswa tersebut.
Dengan adanya umpan balik yang terarah, siswa dapat memahami area mana yang perlu diperbaiki dan langkah apa yang perlu diambil selanjutnya dalam proses pembelajaran mereka. Hal ini tidak hanya membantu mereka untuk terus meningkatkan kemampuan belajar mereka, tetapi juga mengembangkan pola pikir yang proaktif terhadap belajar.
5. Pembelajaran Seumur Hidup
Model ini mendorong pembelajaran seumur hidup dengan menekankan pentingnya terus belajar dan meningkatkan keterampilan, sesuai dengan tuntutan dunia yang terus berkembang. Dampak ini sangat esensial untuk perkembangan siswa dan guru di Indonesia.
Dalam mengadopsi pendekatan Omni Learning dengan metode CCLM, penting bagi masyarakat pendidikan di Indonesia untuk mengenal platform pendidikan seperti Skolla. Skolla bukan hanya menyediakan sumber daya pembelajaran yang komprehensif, tetapi juga memfasilitasi komunitas pembelajaran yang inklusif, terdiri dari guru, siswa, manajemen sekolah, dan orang tua.
Dengan demikian, Skolla menjadi wadah yang ideal untuk menerapkan prinsip-prinsip Omni Learning dan CCLM dalam konteks pendidikan Indonesia yang beragam. Untuk melihat lebih lanjut penerapan pendekatan Omni Learning dalam aplikasi Skolla, simak video berikut.
Dengan demikian, Omni Learning dengan metode CCLM menawarkan pendekatan yang inovatif dan holistik dalam pendidikan. Hal ini memungkinkan pembelajaran yang personal, terarah, dan berkelanjutan, sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk sukses di masa depan.
Melalui platform Skolla, pendidikan Omni Learning menjadi lebih dapat diakses dan terintegrasi serta membawa dampak positif bagi seluruh pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan.